Banyumas ternyata menjadi daerah transit puluhan ribu tamu yang setiap tahunnya mengembara dari belahan bumi bagian utara. Tamu-tamu tersebut adalah burung migran yang berpindah ke kawasan tropis, menghindari musim dingin di daerah asal. Jenis burung yang bermigrasi meliputi puluhan jenis elang, layang-layang dan burung air.
“Burung tersebut berasal dari sekitar Cina dan Jepang. Mereka terbang menempuh ribuan kilometer melalui semenanjung Malaya, melewati Sumatera kemudian melintasi Jawa dan berakhir di kepulauan Nusa Tenggara,” kata Timur Sumardiyanto, koordinator Biodiversity Society, kelompok pemerhati keragaman hayati di Banyumas, di sela-sela kegiatan pemantauan burung bermigrasi di Bendung Gerak Serayu, minggu (16/10/2011).
Periode kedatangan migrasi burung-burung tersebut dimulai dari Oktober hingga Nopember setiap tahunnya. Setelah istirahat sekitar 3 bulan, mereka akan memulai perjalanan pulang di awal bulan Maret. Dalam sehari, rata-rata 800 ekor burung Layang-Layang Api dan Layang-Layang Loreng Asia melintas di atas Bendung Gerak Serayu. Burung-burung tersebut menggunakan kawasan hutan di sepanjang DAS Serayu untuk istirahat di malam harinya.
Jumlah burung yang terpantau belum banyak, karena awal Oktober masih merupakan awal periode migrasi. Perlu secara kontinyu dilakukan pengamatan sepanjang periode migrasi untuk mengetahui pola migrasi.
“Migrasi burung sangat penting untuk mengetahui perubahan kondisi lingkungan, terutama terkait geothermal. Penggundulan hutan akan berdampak pada perubahan geothermal, dan burung bermigrasi dapat menjadi indikator perubahan tersebut,” kata Wahyudi, peneliti keragaman hayati yang sejak tahun 2000 memantau migrasi burung di kawasan Banyumas.
Kegiatan pemantauan burung bermigrasi di Banyumas juga dilakukan diberbagai kota di Indonesia yang menjadi jalur perlintasan, yaitu Aceh dan Medan di Sumatera, Bogor dan Yogyakarta di Jawa, serta Ketapang di Kalimantan. Masing-masing pengamat tergabung dalam jaringan pengamat burung se-Indonesia yaitu Burung Nusantara.
“Kami mencoba mengenalkan tentang migrasi burung kepada masyarakat Banyumas, agar perhatian terhadap lingkungan di Banyumas bisa ditingkatkan. Tidak banyak yang mengetahui bahwa Banyumas kedatangan puluhan tibu tamu dari jauh setiap tahunnya. Hal ini bisa menjadi potensi wisata pendidikan jika dikelola dengan baik,” harap Timur diakhir pengamatan. (Wahyudi)