Tekukur di Ujung Senapan Angin

tekukur biasaSeringkali kita lihat di televisi, taman-taman di tengah kota di Eropa begitu semarak dengan burung-burung yang tinggal di situ tanpa diusik manusia.  Bahkan kegiatan memberi makan burung-burung liar yang jinak seperti merpati misalnya, bisa menjadi kegiatan yang asyik dan menarik minat pengunjung untuk datang ke taman kota.  Di Indonesia, apalagi di Banyumas mungkin akan sangat jarang kita menemukan hal menarik seperti itu.  Walaupun memang ada juga sih di Indonesia seperti misalnya di sekitar taman kolam renang di hotel berbintang di Bali, disitu banyak burung liar seperti Tekukur biasa, Kutilang, atau Kerak Kerbau yang bebas bermain bersama manusia di taman tanpa takut diganggu atau diburu. Tapi itu taman tertutup dan pengunjungnya orang asing serta hampir-hampir tidak ada orang pribumi Indonesia disitu.  Sedangkan jika kita berkunjung ke ruang terbuka hijau di Banyumas, Purwokerto dan sekitarnya, yang akan seringkali kita temukan adalah anak muda yang lalu lalang berkeliling membawa senapan angin di tangannya.  Dan nasib burung seperti Tekukur pun berada di ujung tanduk.  Sebegitu parahkah kesadaran kita orang-orang Indonesia (baca: Banyumas)?

Tekukur Biasa atau bahasa ilmiahnya Streptopelia chinensis sebenarnya adalah salah satu burung liar yang sangat berpotensi untuk dapat menjadi burung taman kota yang bisa menarik pengunjung untuk datang ke taman seperti burung merpati di Eropa. Bisa jadi ini karena sifat-sifat Tekukur Biasa yang cukup jinak terhadap manusia, seringkali turun ke rerumputan karena makanannya memang biji2 rumput, berbiak sepanjang tahun dengan jumlah telur  2 butir persiklus kawin dan suka bertengger di tempat terbuka.  Di Banyumas sendiri, Tekukur Biasa penyebarannya masih sangat luas dan mudah ditemui walaupun jumlahnya kini sudah sangat jauh berkurang diakibatkan kelakuan anak-anak muda pembawa senapan angin tadi.  Yah, mungkin saja anak muda generasi bangsa ini terinspirasi oleh acara-acara heroik di televisi yang menampilkan orang-orang kaya dan gagah yang asyik berburu dan menembak mati hama babi hutan di perkebunan dengan senapannya.  Namun karena beda nasib beda rezeki, yang bisa dilakukan anak muda ini adalah menembak burung liar seperti Tekukur Biasa yang jelas-jelas bukan hama dengan senapan angin murah meriahnya.

Tekukur Biasa adalah burung berukuran sekitar 30cm, berwarna coklat kemerahjambuan dengan ekor yang terlihat panjang.  Saat terbang terlihat jelas warna putih tebal di ujung tepi terluar ekornya. Ciri khasnya yang membedakan dengan Dederuk Jawa yaitu garis-garis hitam pada sisi leher yang berbintik-bintik putih halus.  Suaranya terdengar agak nyaring: ‘te-kuk-kuurrrrrrrr…’, cukuplah merdu sebagai pengantar tidur di bawah rindangnya pohon dan hembusan angin sepoi-sepoi di taman kota.   (Timur)

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *