Burung ini adalah sahabat setia para petani di daerah Banyumas. Benar-benar setia dalam arti sesungguhnya, karena dia selalu berada di dekat-dekat petani dan juga konsisten membantu mengurangi hama ulat musuh petani setiap hari di setiap ada kesempatan. Burung tersebut adalah Perenjak Padi, atau bahasa ilmiahnya Prinia inornata , tempat tinggalnya di sekitaran sawah dan ladang berupa kantong yang dirajutnya dari tali terbuat dari rumput yang di gantungnya di semak-semak atau gelagah di sekitaran sawah, ladang atau pinggiran sungai. Berukuran sekitar 15 cm, warna tubuh secara umum punggung abu-abu kecoklatan dan perut putih kotor kekuningan. Ekor panjang dan ciri khasnya terdapat putih seperti alis di atas matanya. Biasanya sering terlihat sendiri atau berdua atau dalam kelompok kecil yang aktif sepanjang hari. Makanannya serangga dan ulat, walaupun dari pengamatan selama ini terlihat Perenjak Padi lebih menyukai ulat, mungkin karena ulat lebih gemuk, empuk dan banyak dagingnya. Perenjak Padi suaranya cukup merdu berupa lengkingan lembut yang berulang.
Jika sedang libur dari kegiatan harian dan ingin mengamati kehidupan Perenjak Padi, kita sebaiknya seperti petani: bangun lebih pagi, kemudian berangkat ke sawah atau ladang, dan agar lebih mudah bertemu, pilih lokasinya yang berada di pinggir sungai. Burung ini masih cukup umum ditemui di Banyumas walaupun jumlahnya di dalam suatu area tidaklah melimpah seperti burung Gereja atau Bondol. Sekitar jam 6 pagi biasanya Perenjak Padi sudah mulai aktif dan semakin aktif saat matahari semakin meninggi. Kegiatannya bergerak kesana kemari mencari ulat-ulat di tanaman palawija atau di pohon-pohon seperti pisang. Kegiatan tersebut selalu dilakukannya sambil bernyanyi-nyanyi riang. Oleh karena itu rasanya para petani pun cukup senang dibuatnya, karena selain bisa mendengarkan suara merdu Perenjak Padi sambil berkerja di ladang, hama ulat juga bisa dikurangi tanpa harus pusing memikirkan cara membasminya.
Namun sayang, keberadaan Perenjak Padi saat ini mulai terancam disebabkan perburuannya yang semakin menjadi. Para pemelihara burung kicauan mengenalnya dengan nama Ciblek Pari, dan saat ini merupakan buruan liar yang mulai marak karena semakin langkanya jenis burung-burung kicauan lainnya di alam. Yah, semoga para pemelihara burung itu semakin sadar, belilah burung hasil tangkaran, jangan hasil tangkapan. Dan bagi para penangkar burung kicauan yang sudah berhasil, sebaiknya burung kicauan lokal yang ditangkarkan apabila bertelur 3 ekor misalnya, yang 1 ekor lepaslah kembali kealam liarnya. Dan bagi si Perenjak Padi di ladang petani, semogalah bisa selamat dan bertahan hidup melewati kesemrawutan perburuan yang semakin menjadi ini. (by Timur)