Di Banyumas dan daerah sekitarnya ada cukup banyak waduk, bendungan, atau sungai besar yang memotong sebuah jalan sehingga mau tidak mau harus dibuatkan jembatan penghubung di atasnya. Dan tentunya di dalam perjalanan hidup kita, suatu saat mungkin kita pasti pernah berkunjung, sekedar lewat atau mampir ke daerah perairan seperti itu. Kemudian biasanya kita akan berdiri di pinggir perairan tersebut, dan mulai menikmati suasana sambil ‘ndongong (diam melamun)’ ataupun memikirkan apapun yang harus dipikirkan. Lalu sambil diam, pandangan kita akan menyapu bangunan bendungan, bantaran sungai, serta hamparan air yang ada di situ. Tanpa sadar mestilah mata kita akan tertuju pada satu burung kecil yang melayang berputar-putar sambil sesekali menyambar rendah ke permukaan air. Yah, walaupun kita mungkin tak pernah ingin tahu itu burung apa, sedang apa, dan kenapa senang sekali melayang berputar tidak karuan di situ, tapi akuilah bahwa kita sesungguhnya menikmati pertunjukan aerobatik si burung kecil itu dan tanpa sadar mata kita akan terus mengikuti pergerakannya di atas air..
Salah satu burung kecil tersebut adalah Layang Layang Batu atau nama ilmiahnya Hirundo Tahitica. Bermuka berwarna merah seperti Layang Layang Api tetapi tanpa kalung warna biru baja di dadanya. Selain itu Layang Layang Batu berukuran lebih kecil (sekitar 14cm) dan ekornya lebih pendek serta tidak membelah. Berbeda seperti saudaranya si Layang Layang Api yang senang berkumpul dalam kelompok, Layang Layang Batu terlihat lebih senang menyendiri dan pergi sendiri. Layang Layang Batu juga tidak senang bermigrasi, biasanya dia memang penghuni lokal dekat perairan situ. Sarangnya berupa lumpur yang ditempelkan di permukan batu atau bangunan keras seperti batu sehingga hal itu lah yang mungkin membuatnya dinamakan Layang Layang Batu. (Timur)