Liburan Musim Dingin Elang Alap Jepang

elang alap jepangElang Alap Nippon/Jepang atau Accipiter gularis itu tercatat pada bulan Desember 2012 sedang bertengger tenang di cabang yang cukup tinggi di antara rerimbunan pohon yang menjulang di tengah-tengah kebun di sebuah desa di daerah Banyumas.  Penemuan yang cukup mengejutkan setelah malam sebelumnya  angin barat bertiup kencang menerbangkan cabang-cabang kecil dari pepohonan serta tak ketinggalan pula menerbangkan beberapa lembar atap seng rumah penduduk.  Mungkin si Elang Alap Jepang sedang beristirahat sebentar dalam perjalanannya kembali pulang ke belahan bumi Utara yang mulai habis musim dinginnya dan akan digantikan oleh musim semi.  Beristirahat di kebun pekarangan di tengah desa sangatlah beresiko dibanding jika saja si Elang Alap Jepang mau ke hutan di Utara desa, bahaya mengancam apabila para penjual burung bertemu dengannya.  Tapi jika berhasil selamat kembali ke belahan bumi Utara, tentulah ia akan berkunjung lagi tahun depan ke Banyumas untuk menikmati liburan musim dingin di tengah hangatnya iklim tropis.

‘Jaman ganu nek mangsa ketiga, akeh dok melik-melik mabur ngalor, jere arep maring alas roban.  Mengko nek Musim Barat dok mabur ngidul tapi ndep dadi ora keton.  Jere babon ngiring sepuluh be bisa entong disamber dok’.  Artinya: Zaman dahulu jika mangsa ketiga(pranatamangsa, ketiga: 25 Agustus-18 September), banyak elang terbang tinggi ke Utara, katanya sih mau ke alas roban.  Nanti pada saat Musim Barat(permulaan musim hujan deras, di Banyumas ditandai dengan kedatangan angin barat yang bertiup kencang selama sekitar seminggu, sekitar Desember) elang terbang ke Selatan tapi terbangnya rendah jadi tidak kelihatan.  Katanya induk ayam yang membawa sepuluh anak ayam saja bisa habis anaknya itu disambar elang).  Potongan cerita di atas adalah penuturan dari salah satu orang tua yang tinggal di daerah Banyumas mengenai raptor migran di Banyumas, yang walaupun beliau tidak mengerti tentang raptor migran tapi jelas-jelas yang beliau ceritakan adalah tentang musim kedatangan raptor migran di Banyumas pada zaman dahulu saat perburuan raptor belum marak seperti sekarang.  Sayang sungguh sayang, pengalaman menakjubkan melihat ribuan raptor migran yang lewat itu kini tidak bisa lagi dirasakan oleh kita di Banyumas.

Oleh karena penasaran dengan pertanyaan: apakah benar para ‘dok’ itu sudah habis riwayatnya di Banyumas, maka diadakanlah pengamatan di beberapa tempat untuk menyelidikinya.  Hasilnya cukup menggembirakan, karena ternyata raptor-raptor migran tersebut sebenarnya masih bisa kita temukan walaupun memang jumlahnya tidak sedahsyat seperti cerita zaman dahulu.  Namun di sisi lain sangat menyedihkan karena datangnya musim burung ini ternyata ya cuma pemburu dan penjual burung liar yang tahu, sehingga saat di musim burung tersebut mereka lebih giat lagi memburunya terutama di hutan-hutan sekitaran Banyumas atau hutan lereng Gunung Slamet. Dan memang beberapa bulan kemudian ditemukan elang-elang tersebut telah dijual di pasar burung! Padahal peraturannya sangatlah jelas; seluruh jenis elang dilindungi  oleh Undang Undang No.5 th1990 dan PP No.7 th1999 tentang satwa yang dilindungi dengan ancaman penjara maksimal 5 tahun bagi yang memeliharanya.

Kedatangan burung-burung migran termasuk raptor migran tersebut  adalah fenomena unik yang menarik untuk diamati.  Seandainya tidak hanya pemburu yang mengetahuinya akan tetapi seluruh masyarakat, pelajar dan mahasiswa, pemerintah daerah Banyumas juga tahu tentu  kedatangan para raptor migran tersebut bisa dijadikan tontonan ekowisata pendidikan yang unik, dan dengan begitu karena banyak orang yang mengawasi, pastilah akan sangat membatasi gerak gerik ulah si pemburu dan penjual elang-elang yang melanggar Undang-Undang tersebut.  (by Timur)

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *