Tsyi-tsyi-tsyi-tsyi. Suara melengking lembut yang ramai bersahutan memecah pagi di sebuah pohon Salam yang menjulang tinggi di desa sekitar Banyumas. Suara tersebut berasal dari sekelompok kecil berjumlah 8-15 ekor burung Sepah Kecil yang nama ilmiahnya Pericrocotus cinnamomeus. Sepah kecil memang berukuran cukup kecil, sekitar 15cm. Berwarna abu-abu dan merah kekuningan menyala pada jantannya serta abu-abu dan kekuningan pucat pada betinanya. Paruh hitam, kaki hitam. Ekor panjang berwarna hitam. Sepah kecil adalah penghuni tetap di Jawa, termasuk Banyumas dan kita dapat bertemu dengannya di hutan terbuka, tanah pertanian, dan pedesaan pada daerah dataran rendah.
Setelah diinjen dan dideleng-delengi (diintip dan diamati) dengan seksama, terlihat sekelompok kecil Sepah Kecil biasanya menyerbu secara bersamaan dari satu pohon ke pohon lain untuk memakan ulat pohon dengan cepat. Ini tak ubahnya seperti blitzkrieg (serbuan kilat) ala pasukan Nazi Jerman pada fase pertama Perang Dunia II yang terkenal itu. Setelah beberapa saat men’sweeping’ dan memakan ulat-ulat di satu pohon, terlihat satu dua ekor Sepah Kecil yang sudah selesai makan biasanya langsung pindah memburu ulat-ulat kecil ke pohon lainnya. Kemudian si pendahulu ini ketika menemukan ulat akan berteriak ramai memanggil teman-temannya (kadangkala sekilas kita mendengar suara ‘tsyi’ cepat berulang seperti suara ‘kok’ cepat berulang induk ayam memanggil anaknya ketika menemukan cacing/makanan). Mendengar panggilan tersebut, biasanya dengan segera anggota kelompok Sepah Kecil lainnya beramai-ramai berpindah menyerbu pohon satunya sambil berteriak memberi semangat rekan-rekannya sesama sepah kecil; tsyi-tsyi-tsyi-tsyii. Begitu seterusnya dari satu pohon ke pohon lainnya di pagi yang cerah di sekitaran Banyumas.
Akan tetapi, dapatkah kita melihat tingkah laku burung Sepah Kecil yang sangat menarik itu jika kita meletakkan mereka di sangkar yang sempit? (by Timur)